Jumat, 07 Oktober 2016

Sekilas kenang merana berkelana

Seperti kasih yang tdk pernah ada cukup-cukupnya. Memaksa pengorbanan untuk melakukan hal yang lebih dari sebuah pengabdian. Mengusir syukur dari tahta, hingga kita lupa bagaimana cara bahagia yang seadanya. Mengecap caci sebagai pujian. Menghakimi tulus sebagai rasa keji yang tak pantas untuk di kenang. Menjatuhkan diri sedalam-dalamnya pada kecewa orang lain dan menjadikannya alasan untuk berbahagia. Tidak ada lagi ruang untuk rindu kita berdiskusi tentang bagaimana menjelaskan kesalahpahaman yang yang mutlak. Dari hati yang terbuang kini bangkit, setelah tersapu duri yang begitu menindih. Jatuhlah pada hati yang tepat (seru Hati yang Sekarat). 
.
.
.

Setelah memporak-porandakan hati seseorang, lantas dengan mudah sebuah 'maaf' teralamat rapih (menuju ke alamat rumah) kini tak berarti apa-apalagi. Tidak tersisa bahkan 1 abjad pun kenangan tentang kamu di hati. Selamat tinggal reruntuhan mimpi, selamat jalan angan yang hina. Semoga kamu diterima di Sisi yang Tepat. 
*
Tertanda aku milikmu (dulu)