Senin, 04 November 2019

ingin-ku, ingin-mu yang tak pernah pernah berpapasan

Kita selalu tidak sabaran untuk segera berada pada masa itu untuk lebih cepat merasakan bahagia, lalu ketika berakhir, kita sedih, sambil berkata hal itu berlalu dengan sangat cepat, kita lupa bersyukur, bahwasanya rencana itu terjadi atas izin Allah, manusia memang tak pernah berhenti berkeinginan, dan ketika keinginannya di sanggupi, lupa bersyukur, sebaliknya ketika semua rencana di tangguhkan, kita menjadi-jadi, memberontak hingga memyerupai hewan. Nyatanya manusia lebih baik dari binatang, lantas mengapa sikat manusia yang kadang dijumpai hampir identik dengan berbagai karekter hewan. Jangan mudah terprovokasi, saya hanya mengenang cara menggunakan majas, karna pada saat seperti ini, sedang marak perihal melebih-lebihkan, yang juga bagian dari beberapa majas tertentu. Kembali ke ingin manusia. Ingin berubah jadi lebih baik besok. Seperti halnya menyesal, pada kondisi saat itu saja kita sesali, besoknya terjadi lagi hal demikian, selalu berpegang pada besok akan ada lagi hari esoknya, tapi lupa bahwa setiap nafas manusia punya deadline-nya masing-masing. Lupa bahwa waktu tak terbatas tapi manusia punya batas. 

“Tidak usah sesering itu kamu bilang sayang, cukup seadanya tapi selamanya”

Saya senang dengan kata di atas, tapi mengingat tiap waktu yang ku habiskan di umurku yang hampir 1/3 abad. Kata-kata itu adalah khiasan, yang maknanya bisa lelucon, ghibah atau apapun yang tidak terlalu penting. Saya jujur dari lubuk hati mengatakan, ketulusan itu sedikit demi sedikit terkuras oleh waktu yang ku habiskan dengan berbagai kecewa yang mengamati langkah kedewasaanku. Ketulusan hanya ada pada fase pubertas, masa dimana kita lebih membuat hati kita bekerja keras dari pada otak kita. Dimana perasaan selalu terlibat, entah di waktu yang tepat atau tidak benar. 
Dari pengamatanku tentang diri sendiri, tingkat keinginan manusia yang sudah melalui 1/3 abad hidupnya, tidak sebesar keinginannya seperti dahulu, entah karna hasrat ikut menua, entah karna ingin lebih cermat memilah, entah karna berkurangnya semangat yang dipacu tenaga.
Dari hidupku yang masih jauh dari kata baik, ku usahakan untuk berhenti melihat ke atas, tapi dengan tetap bercita-cita setinggi langit. Ku stopkan nafsu untuk memiliki barang yang tidak terlalu ku butuhkan, dan yang paling ingin ku pedomani, ilmu berbagi, ketika bersedekah justru membuat mereka kaya, kenapa hati kita selalu merasa miskin. Dan yang sedang paling ingin ku usahakan adalah melakukan amal jariyah. Tanpa putus tali silaturahmiku kepada Tuhan Pencipta Isi Bumi dan Langit. Melakukan ibadah terpanjang, semoga tulisan ini sampai pada langit yang di atasnya masih banyak langit lainnya. Semoga segala doa dan harapan siapa pun di muka bumi bisa menjadi amal jariyah bagi roh masing-masing raga. Semoga yang bahagia dijaga selalu pada waktu yang baik dari Sang Maha Esa. Semoga malam ini kamu menyaksikan rindu yang memelukmu lewat doa-doaku.