Maka semestinya kita hanya saling berdoa, jika takdir menginginkan kita untuk berlapang dari ketidakterimaan kita akan nyata, mungkin kita bisa kembali mengingat bahwa yang datang tak semestinya menjadi apa yang sangat ingin kita hendaki, tapi yang hadir dia yang benar-benar tercipta untuk ada berdampingan tepat di sebelah nafas kita. Sejajar dengan raga, seirama dengan denyut nadi yang kadang saling berlomba, saling beradu rindu di antara mata yang saling temu. Karna kita tidak akan pernah berada di tempat yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar