Bukan kehilangan yang mengajarkan kita arti memiliki, tapi karna penyesalan menyia-nyiakan waktu apa yang pernah berpihak, lalu setelah ditinggalkan seenaknya mengutuk takdir. Bagaimana sebuah harga itu kita beri nilai di hati masing-masing. Merasa memiliki yang berlebih yang bukan terkadang lagi, membuat siapa saja menjadi serakah. Bukan hanya dengan nilai material, tapi banyak nilai yang bahkan tak ternilai dari jumlah yang sanggup manusia perhitungkan. Kita akan jadi lupa bahwa sewaktu-waktu jantung ini bisa saja berhenti. Karna untuk pulang yang sebenar-benarnya kita tidak di persiapkan siapa-siapa, tapi mempersiapkan diri. Kita yang terkadang lupa bahwa raga bisa rohnya. Menjadi manusia, menbenci sejadi-jadinya, lalu menyukai sebanyak-banyaknya padahal semua hanya titipan, sedang titipan bersifat sementara. Kita lupa untuk selalu beryukur dari rasa yang pernah kita miliki, dari bentuk apapun yang di Karuniakan. Menjadi terasing seusai hubungan dan benci yang masih berkelanjutan. Tidak lain dan tidak bukan kita adalah senyawa dengan banyak kelebihan disertai berlipat kekurangan. Lalu bagaimana kita bisa di anggap berarti sedang Tuhan pun terlupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar