(Aamiin)
Terlebih ungkapan yang banyak sedih, dan lebih banyak syukur seharusnya, karna bisa bertambah lebar dan tidak bertambah tinggi, karna bisa beranjak dewasa dalam segi umur, meskipun kekanak-an yang tak kunjung reda. Bukan karna terlalu menikmati masa tumbuh kembang, bukan pula kurangnya kenikmatan masa kecil. Jangan gampang menjust siapa pun, dan jangan menghakimi tiap watak seorang anak, karena mereka tumbuh dan berkembang dengan banyak kasih sayang dari orang tua mereka masing-masing. Dan kita tidak pernah tahu sekeras dan seteguh apa pengorbanan orang tua mereka agar supaya mereka bisa lebih di anggap keberadaannya di era yang sekarang ini, masa dimana terlalu menggampangkan hidup orang lain. Meski-pun cara tiap orang tua menyayangi berbeda dan terkadang kurang tepat. Yang ku tahu mereka melakukan semua itu hanya dengan satu alasan. Yakni "Mengasihi"
Hari ini diberi ucapan selamat, entah harus merasa bahagia ataukah malu buatku. Sebab di umur yang sudah tidak muda lagi, beberapa orang hanya memikirkan kenapa belum berkeluarga. Benar-benar membuat saya gagal paham, dan tak mampu beretorika. Sebab saya punya keluarga lengkap, punya kedua orang tua, punya dua kakak dan dua adik. Dan menurutku setiap keluarga berharga bagi tiap nyawa.
Ku ingat lagi, masa dimana saya masih abg, mungkin Setingkat SMA bisa ku anggap sebagai masa abg ku, pernah kepikiran dan bertnya-tanya di kepala tapi tanpa hati, "kira-kira Allah mempertemukan jodohku di umur yang ke berapa yah?"
Dasar abg labil, baru kali ini mengerti bahwa perjalanan untuk sampai ke fase itu tidak semudah beberapa orang yang ku anggap beruntung.
Hidup tak pernah baik-baik saja, hidup tak pernah seindah yang kita ingin-angan-kan saja, hidup tak se-happy ending drama korea. Bahwa hidup hanya baik-baik saja bagi beberapa orang-orang beruntung saja.
Mungkin jenis keberuntunganku berbeda dengan keberuntungan orang lain, sebab setiap nyawa yang berhasil menghembuskan nafas ke muka bumi adalah keberuntungan yang tiada terkira bagi saya pribadi.
Kembali lagi ke pandangan orang lain terhadap hidup yang kita jalani dengan baik-baik saja, kita bahkan merasa cukup dengan apa yang belum kita miliki, tapi ketika seseorang sudah memberi komentar atau pertanyaan, kita kembali merasa putus asa, merasa lebih banyak kurang dari yang lain, merasa benar-benar berpijak di titik terendah permukaan bumi, dan kembali lagi berkali-kali berbesar hati, mencoba lagi berlapang dada, berusaha lagi memperbaiki pikiran-pikiran yang terlanjur di obrak-abrik oleh beberapa argumen yang keluar tanpa tahu kapan harus menggunakan tanda bacaan (.,) Mungkin bagi mereka pertanyaan adalah hal yang sangat lumrah, membuat maknanya terkesan seperti lelucon yang benar-benar tidak ada unsur lucu-lucunya sama sekali, menurutku pertanyaan seperti itu bukan lagi sedikit kurang benar, tapi benar-benar tidak pas.
Berkali-kali menata perasaan agar tidak terlihat hina. Berkali-kali mengusahakan jawaban yang logis agar tidak terlihat buruk, berkali-kali memilih kosa kata yang sederhana agar terlihat santai, dan berkali-kali pula memperbaiki pemikiran-pemikiran yang salah terhadap Allah SWT. Berbaik sangka, bersyukur, dan sabar.
Mengapa manusia sesering itu mempertanyakan jodoh (tulang rusuk).
Padahal jodoh yang paling dekat dengan manusia adalah ajal. Mengapa mempertanyakan hal yang bagi dunia anggap nyata, sedang ajal pun pasti.
Pertanyaan yang paling ingin terlontar dengan lantang ketika diberi pertanyaan kenapa (?) alih-alih menghakimi, tapi tak pernah benar-benar lidahku bertenaga memberi ritme pada pola beberapa kata tersebut.
Sudah larut...
Mungkin besok ku lanjutkan, atau mungkin besoknya... Jika diberi umur berlebih, jika diberi nafas berlanjut. Dan semoga terus dialiri rezeki berpikir untuk menulis sesuatu yang biasa untuk pembaca yang luar biasa, yang senantiasa menyempatkan mata, pikiran dan hatinya untuk melirik blog ini.
Selamat terlelap pulas dengan mimpi yang baik-baik, dan dengan doa yang paling aman. Untuk kamu yang hari ini bertambah tua, tapi benar-benar tidak dewasa menghadapiku. Untuk kamu yang memilih pergi meski telah ku pinta berkali-kali menetap. Untuk hati yang berkelana jauh, tak akan pernah menjadi milik siapa-siapa, yang di takdirkan menjadi milikku seorang, dari Allah SWT untuk aku.
Dari aku yang tengah berupaya menjadi milikmu.
90:4 Dec
Tidak ada komentar:
Posting Komentar