Rabu, 13 Januari 2021

aku adalah tulisanku, aku adalah isi kepalamu, tapi bagiku, aku adalah apa yang kamu simpan di hatimu.

Cocoklogi ≠ toleransi

Ketika suatu hubungan yang sangat rumit di jalani, kita tidak serta merta memilih untuk berpisah, hanya karna banyak ketidak cocokan, tapi ada satu kecocokan, kita bahkan memilih satu itu karna? 

Yah karna adanya rasa yang makin hari makin tumbuh. Dan ketika waktu bersama membuat beberapa orang merasa lelah, jenuh, itu adalah suatu kondisi yang sangat umum, ketika kamu mampu melalui semuanya, cobaan demi godaan, satu persatu akan terasa bisa untuk di lalui. Bukan terasa mudah yah, sebab tak ada cobaan yang tak menguras hati, tenaga dan pikiran. Katamu kita tidak bisa merubah keadaan, kataku keadaan akan takluk pada kita, aku kamu berjuang. Ketika salah satu dari kita mulai goyah, satu dari yang lainnya akan kewalahan. Kamu tahu? Berjuang seorang diri itu melelahkan. Menahan rindu menyakitkan, tapi ketika tahu disana ada rindu yang juga menanti meski tak harus sama banyak, dia pun tetap timbal balik dari sebagian kecil harapan. Ketika kamu sudah mampu melihat masa depan dengan angan, kamu menyadari semua sia-sia dan tak ada arti, tapi bagiku hidup yang sebenarnya baru dimulai ketika kita benar-benar sudah sah untuk melakukan perjalanan panjang bersama. 

Ketika masa membuat kita merasa lelah bersama, coba ulas kembali, arus panjang bagaimana yang sudah kita susuri hingga sampai  pada masa kini. Ketika salahku, salahmu sudah terlalu banyak menghabiskan maaf, kamu tahu ? di antara kita berdua bukan lagi karna rasa yang dulu masih sama, tapi karna waktu yang telah lama kita habiskan bersama menjadikan kita saling toleransi. Sebab tak ada kecocokan atau keseimbangan pada garis ego ketika dua kepala saling emosional. Kita hanya akan saling toleransi ketika waktu yang lebih abadi dari selamanya kita taklukkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar