Jumat, 17 Maret 2023

jatuh cinta pertama ibu adalah anak yang ada di rahimnya 🥹🥺

Katanya tak kenal maka tak sayang, tapi nyatanya salah. Belum bertemu sudah secinta ini, apalagi namanya kalau bukan cinta pertama.

Aku rasa jatuh cinta sejati manusia, adalah jatuh cinta ibu kepada anaknya yah tentunya karna Allah. Hal yang luar biasa. Kita bisa mencintai apa yang belum kita jumpai, yang rupanya tidak pernah terlintas akan seperti apa, yang sikapnya akan sesholeh selehah bagaimana kita pun tak pernah bisa menerka. Yang seorang ibu lakukan hanyalah berjuang melalui 9 bulan kerinduan bertaruh nyawa dan segakanya, demi untuk membawanya hadir di muka bumi, bukan sekedar bagaimana dia terjaga dalam pelukan, bagaimana dia tumbuh dan berpendidikan, tapi bagaimana dia bisa berakhlak demi gelar jariyah yang bisa di upayakan ke orang tuanya. Ya Allah, dengan Kuasa-Mu, kita manusia biasa bisa merasakan tabjud yang tidak semua perempuan bisa rasakan. Ketika mengenang lagi masa remaja, sebenarnya yang terpikirkan lebih dulu bukan bagaimana bisa menjadi sukses dalam hal pekerjaan, tapi bagaimana saya bisa merasakan juga menjadi ibu. Dan memang benar, tidak semua yang kita inginkan, mudah kita dapatkan. 

Jika mengingat lagi hari belakangan kemarin, ketika sudah maksimal usahaku dalam istiqomah dan segalanya, kuteteskan lagi air mataku untuk bisa sampai ke bumi, meski tahu tak ada sayap untuknya bisa sampai ke langit. 

Mungkin seperti itu lelahnya berjuang, melalui masa dimana rasanya sedih karna di vonis dengan sesuatu yang mengakibatkan terhambatnya rezeki ini. Kusematkan ketidakmampuanku dalam shalat, kuucapkan dalam diam ketidak mampuanku untuk menghadapi ini dengan lapang. Katanya manusia diberi cobaan karna dia sanggup, tapi saya benar-benar tidak mampu, sambil berucap seolah bercengkrama bersama Tuhan. Kalau dikenang lagi, entah sederas apa mata ini menestaskan doa dengan derai, yang membekas di atas sajadah, kuulangi doaku berkali-kali ketidak sanggupanku. 

Beberapa kali menyalahkan takdir, yang berjuang lama akhirnya tak berakhir indah, sekarang di hadapkan lagi pada juang yang lain. 

Setelah menemukan jodoh, tentunya ada lanjutan dari cerita itu, yaitu untuk menjadi orang tua.

 Ada-ada saja yah hambatan untuk mencapai keinginan, padahal orang lain dengan mudahnya merasakan tanpa berupaya apa-apa. Ingin mengutuk hidup yang seolah tak ada adilnya🥺

 Memang setiap orang di uji dengan keyakinannya yang rapuh oleh harapan. Ketika kita dikabulkan keinginan satunya, keinginan yang lain akan di uji, ketika kita sudah berhasil melaluinya entah dengan bersyukur atau bersabar, di tenggelamkan lagi kita dalam duka, diangkat kemudian oleh harapan, lalu dijatuhkan lagi oleh kesedihan, semakin kita diberi, kita lupa untuk berhenti meminta, kita lalai dalam bersyukur.

Memang benar yah, Hidup memang masalah, tapi setelah kita berhasil melaluinya, kita merasakan hasil dari rasa sakit itu yaitu sebuah energi yang lebih besar, semakin kita naik kelas, semakin berat pula ujiannya, semakin kita dibuat sesak, ketika berhasil semakin lapang juga rongga dada kita untuk menahan tekanan-tekanan yang tiap saat bisa berubah.

Alam bawah sadar kita meminta untuk menghentikan siksaan ini, tapi kita terus mengulan rasa sakit dengan sadar meminta mengulang ujian ini dengan sebuah keinginan-keinginan yang tak ada habisnya.

 Sehingga kita bercita-cita menjadi lebih dari sebelum-sebelumnya lagi, dan lagi, kita semakin mengikuti arah dunia, lupa kalau tempat pulang adalah kematian. Ego memang selalu jauh terdepan.

Semoga kebahagianku saat ini, akan menjadi syukur bagiku suamiku, dan buah hatiku yang insyaallah selalu pandai bersyukur karna sudah lahir di rahim ibu dengan banyak kekurangan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar