Senin, 14 September 2015

Miliki dengan keterbatasan.

Entah sampai kapan batas memiliki yang sebenarnya, mungkin hanya beberapa sadar yang masih menggeliat di jemari, untuk mengabadikan apa yang saat ini terasa hampa. Hanya mencoba berbaik sangka pada keadaan bukan berarti mempercayai segala mimpi yang malam berikan begitu panjang. Meski tak sehangat malam itu, kamu dengan hasratmu kulihat makin berlabuh, makin memaksa menyatukan raga yang masih terhalang tembok besar, makin menjadi-jadi untuk meminta hak tanpa memulai kewajiban. Kamu bukan kamu yang sebenarnya, ketika inginmu bergejolak berlebih, meski setiap hal tercipta dengan ambisi, tapi ketika kamu pahami, waktu akan murka ketika serakahmu meminta hak yang kongkrit. Jika hari ini langit mencoba mengingatkan akan masa kecilmu yang begitu manis, mungkin saat itu adalah saat dimana mimpi-mimpi di masa depanmu makin dekat, jika yang pergi tanpa perpisahan membuatmu makin terpuruk, ketahui bahwa sesegera mungkin kamu akan bertemu dia, dengan peringai yang lebih layak. Begitu pula yang harus kamu tampilkan pada fajar yang enggan mengucap salam perkenalan, serta kepada jingga senja yang sebaliknya berkata agar beristirahatlah selembut malam memelukmu, lelahmu adalah cerminan kamu yang baru di esok terbitnya terang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar