Mengenang kebersamaan membuat isak makin teriak. Katamu jarak membuat kita selangkah lebih dekat dalam bersatu, nyatanya satu atap pun tak kunjung patuh. Katanya terpisah hanya sementara, pada akhirnya menjadi selamanya. Sudah cukup untuk mengatasnamakan rindu dari segala penjuru jarak dan waktu. Sebab tak lagi ku dapati, janjimu kian berlabuh. Sudah cukup tangis mengantar doaku ke langit, sebab usahamu tak turut menyertai. Sudah cukup untuk semua perjalanan yang tanpa akhir, sebab menanti bukan lagi takdir. Yang ku yakini, kesendirian saat ini, akan membawaku pada perjalanan yang panjang, entah akan di temukan, atau kau yang lebih dulu menemukan. Kita tidak sedang beradu jadi lebih bahagia satu sama lain. Kita hanya sama-sama sedang berjalan, dengan tujuan yang berbeda, sebagaimana mestinya perjalanan membawa kita untuk lebih menjauh dari kenangan lalu. Agar luka tak lagi menganga, agar duka tak lagi berkuasa. Agar aku dan kamu sembuh pada rapuh yang membisu. Meski semu, kita akan selalu ada pada kenangan itu. Cukup mengingatmu pada suka, tidak pada duka. Sebab benci adalah jejak cinta yang masih menjadi misteri untuk ku hapus seutuhnya. Sebab sukar tak mungkin tertukar pada belukar. Sebab hari ini tak akan mengalah pada indah hari kemarin. Tak akan ada perbandingan, sebab tak ada timbangan yang tepat untuk mengukur seberapa bahagiamu ketika denganku atau pun kini dengannya.
Cukup untuk jarak yang ku sesalkan setiap saat. Sebab berada di dekatmu saat itu tak membuat rinduku sama sekali berkurang, bahkan semakin mengembang. Seolah balon yang tak pernah kenyang oleh angin. Seolah ruang yang tak pernah meratapi sepi, seolah dada yang takkan sesak oleh udara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar