Minggu, 20 November 2016

Sekian lama, serta sekian dan terima kasih.

Kita masih pada langit yang sama, hanya saja suasana hatimu yang kacau, dan suasana hatiku balau. Apa boleh kita di anggap serasi? Sedangkan terasing selalu menghatui. Atau pejabat negara yang mengasingkan kita agar benar-benar jauh pada jarak yang tidak terhitung? Apa hari ini sarapanmu keasinan? Atau kamu yang tidak bisa menerima bahwa hidup itu memang kadang asin, bahkan air laut pun dengan tekanan asin tidak pernah mengeluhkan atau menolak hal itu, meski sebenarnya dia punya hak. Iya lebih hendak menerima apa yang sudah menjadi kodratnya. Saya baru ingat punya teman bernama kodrat, dia orangnya asik! Bukan seperti game yang baru saja saya download di playstore atau apa pun itu. Bisa jadi adu Asik sendiri menikmati luka-luka yang masih basah oleh kecewa. Iya itu saya! Saya melaluinya dengan menikmati apa-apa yang sudah di haturkan oleh Sang Penguasa. Karna jika kamu manusia dan memilih untuk berkuasa bahkan dengan kekuatan yang alakadarnya kamu tetap akan berkuasa pada dirimu sendiri! Bukan berarti kamu hendak melawan takdir. Itu paten punya kamu! Itu dunia yang di ciptakan oleh-hanya-untuk kamu. Kecuali Kuasa yang kamu ingini melampaui diri kamu yang jelas-jelas manusia biasa. Iya biasa!!!! 
Karna hanya beberapa orang yang pantas menyandang gelar luar-biasa. Kamu mungkin salah satunya! Setelah bercerita panjang lebar, apa kamu jadi bisa tahu saya seperti apa? Mungkin kepalamu sekarang sedang mengolah puzzel hingga utuh terlihat. Jangan penasaran, itu perasaan yang biasa saja, dan jangan pula rindu, itu berat! Kamu tidak akan kuat menggendongnya di punggungmu. Atau apa pundakmu sudah ada yang memenuhinya? Ahhh... Jangan ngasal, paling juga tas rangsel. Kita sudah saling berkenalan sejak kita masih berbentuk janin. Aku mengenal kamu melebihi aku mengenal siapa aku. Dan kamu mengenal aku, melebihi aku mengenal siapa aku sekali lagi. Itu lebih dari cukup di edisi kali ini. Semoga harimu dipenuhi hari-mau dengan mau yang bijaksana!
Jangan lupa tersenyum! 
Bukan berarti cemberut tidak di perlukan! Jangan terlalu menghayati, bukan berarti bermain-main adalah cara yang pantas! 

Semoga ruang semesta masih ingin menerima keberadaan kami dengan rangkaian kata yang tidak jelas. Semoga terang benderang bisa menjelaskan sisi positifnya kali ini.

Jumat, 07 Oktober 2016

Sekilas kenang merana berkelana

Seperti kasih yang tdk pernah ada cukup-cukupnya. Memaksa pengorbanan untuk melakukan hal yang lebih dari sebuah pengabdian. Mengusir syukur dari tahta, hingga kita lupa bagaimana cara bahagia yang seadanya. Mengecap caci sebagai pujian. Menghakimi tulus sebagai rasa keji yang tak pantas untuk di kenang. Menjatuhkan diri sedalam-dalamnya pada kecewa orang lain dan menjadikannya alasan untuk berbahagia. Tidak ada lagi ruang untuk rindu kita berdiskusi tentang bagaimana menjelaskan kesalahpahaman yang yang mutlak. Dari hati yang terbuang kini bangkit, setelah tersapu duri yang begitu menindih. Jatuhlah pada hati yang tepat (seru Hati yang Sekarat). 
.
.
.

Setelah memporak-porandakan hati seseorang, lantas dengan mudah sebuah 'maaf' teralamat rapih (menuju ke alamat rumah) kini tak berarti apa-apalagi. Tidak tersisa bahkan 1 abjad pun kenangan tentang kamu di hati. Selamat tinggal reruntuhan mimpi, selamat jalan angan yang hina. Semoga kamu diterima di Sisi yang Tepat. 
*
Tertanda aku milikmu (dulu)

Kamis, 14 Juli 2016

Pondok Fany jln. Sultan Alauddin lorong 6

Sedikit cerita tentang dia, adalah orang asing yang merantau ke kota daeng demi sebuah kebutuhan ilmu yang ingin dia penuhi sebagai persyaratan untuk sampai kepada cita-cita, kita tidak pernah benar-benar berkenalan secara resmi, kita hanya mengandalkan kesotta-sottaan 😹, selebihnya waktu yang membuat kita makin dekat. Berada satu kampus (#unismuh) dengan jurusan berbeda adalah hal yang biasa saja, tapi berada pada ruang segiempat dengan karakter yang berbeda itu baru luar biasa, bukan hanya sekedar teman, dia juga sahabat, kakak, dan bahkan keluarga bagi saya tentunya, kita dengan kebiasaan-kebiasaan buruk masing-masing kita jadikan ajang perkenalan yang sebenarnya, dia yang rajin dan saya yang malas 😬, selalunya dia yang paling sabar, saya dengan banyak hal yang baru, dia dengan banyak pengalaman, kita hanya saling melengkapi, saya kadang iri dengan dia yang punya banyak sahabat disekelilingnya, dia yang ramah sangat mudah seseorang jatuh hati untuk menjadikan dia sebagai sahabat. Masih ingat waktu saya sibuk-sibuknya dengan UKM Seni Budaya Talas, tidak ada waktu untuk beres-beres kamar, cuci piring, cuci pakean, padahal mestinya kita berbagi kerjaan kost sebagai teman kamar, meskipun tidak ada aturan yang mengikat di dalamnya, saling pengertian tepatnya. Dia rajin shalat, rajin mengaji, rajin belajar, serta rajin kerja tuga, makanya saya selalu terdorong untuk rajin juga, kecuali rajin belajar dan kerja tugas nah?? πŸ˜‘πŸ˜πŸ˜Ά
Dia yang hemat, dan saya yang boros πŸ™„πŸ€”
Dia yang sabar dan saya yang cerewet πŸ˜…
Dia yang rapih dan saya yang rantasak πŸ˜‘
Sahabat yang sempurna, pernah terlintas keinginan untuk menjadikan dia ipar perempuan πŸ€—
Dia yang berasal dari daerah Bone
Dan saya yang dari Polman, sedikit banyaknya saya mengerti Bahasa Bugis yang dia juga gunakan.
Dia pernah mematahkan bando kesukaan saya, 😣 sempat marah sama dia, kalau ingat kejadian itu saya sangat malu, kekanak-kanakan sekali saya waktu itu 😹
Sebelum memejam, kita berdua sering berbagi cerita, tentang bagaimana dulu, dan akan bagaimana kita nantinya.
Saking sehatinya nama pacar saja sama (F) upss πŸ˜¬πŸ˜πŸ˜‹
Kenangan Pondok Fany, bagaimana bisa kita tidak saling rindu dengan Daeng Te'ne yang cantik, tentang wc yang rantasak 😭, tentang serunya berbagi makanan πŸ€‘Banyak duka tapi lebih banyak sukanya, banyak cerita tapi lebih banyak kenangannya. 

(Kak fandy, ani, ria, hasna, indry, orint, ocing, kak ilyas, kal ical, ira, kak oca, irna, tika, nita, fiana, ratu, kak firman, mety, ulfa, rate, raya, tini, wiwik, kak suha', kak rahmat, bahri, ammank, emmank, anto, kak midung,yeyen, buyung, gilang, kak fatma, kiki, idda, ani teddy)

Rabu, 25 Mei 2016

•Semesta kata untuk pembunuh jiwa•

Seperti kita mengingat hari itu, bukan berarti rasanya masih sama, teguhnya masih seperti saat itu, kita pernah berjanji, tapi sekarang hanya omong kosong yang tertinggal di kenangan, dia tidak pernah ikut bersama langkah yang kita papah sejauh ini, karna janji pernah kita hadirkan untuk saling mengikat diri, bukan berarti semesta memihak saat itu, bukan berarti pula kita pantas mengutuk waktu, karna kita pernah saling mengikat harapan, bukan berarti kita hilang harapan, juga bukan berarti kita menghakimi lenyap yang pergi tanpa sungkan, kita pernah satu bukan berarti saat ini kita cerai berai lalu menyesali rasa yang pernah hadir sangat ekstrim, kita pernah dua hal yang jadi satu bukan berarti kita tak dapat melangkah tanpa saling memapah, kita pernah saling memberi nafas, bukan berarti saat ini tak berhembus, kita pernah beradu dalam rindu yang di rundung senja bukan berarti kita benar-benar memihak lupa, kita yang saat ini acuh bukan berarti tak pernah habis-hanisnya peduli, dulu adalah kota di mana kita pernah saling menggenggam hati satu sama lain, saling percaya tindakan dengan mengubur bohong yang saat itu marak menjadi karakter utama, kita pernah sedekat urat dan nadi, namun kini seperti mata yang tak dapat melihat telinga, kita pernah sepekat malam, menjadikan kita kopi, saat manis dan pahit bersatu. Kita pernah seperti malam dan siang, saling terhubung memuju ke waktu yang bergulir dengan mutlak. Kita pernah, mungkin hanya sebatas kata 'kita pernah'. Bukankah kita manusia, mahluk yang hanya sebisa usaha? Sebisa berencana, karna kita pernah merencakan masa depan bersama-sama, lantas apa pantas jika saat ini kita kembali menjadi orang asing seperti sebelumnya? Sebuah kata yang hilang, saat denganmu. Tentang bagaimana  bara di dada, bertemu denganmu kembali, membuatku menolak lupa, bahwa sakit pernah di hadirkan olehmu.

Selasa, 26 April 2016

Kita dengan kita yang lain.

Bahwa dimasing-masing cerita punya arti sendiri, akan ada masa bagi siapa pun merindukan hal yang entah kemana, menginginkan hal yang dulunya sangat terabaikan, menginginkan hal yang sangat acuh untuk di pacu, mungkin juga kamu ada disana, tepat dimana keadaan itu menetap. Saling mencari meski nantinya dipertemukan dengan orang yang berbeda, saling menunggu meski yang di tunggu sedang bersama yang lain, saling harap, meski harapan tertinggal pada hati yang lain.
Maka semestinya kita hanya saling berdoa, jika takdir menginginkan kita untuk berlapang dari ketidakterimaan kita akan nyata, mungkin kita bisa kembali mengingat bahwa yang datang tak semestinya menjadi apa yang sangat ingin kita hendaki, tapi yang hadir dia yang benar-benar tercipta untuk ada berdampingan tepat di sebelah nafas kita. Sejajar dengan raga, seirama dengan denyut nadi yang kadang saling berlomba, saling beradu rindu di antara mata yang saling temu. Karna kita tidak akan pernah berada di tempat yang berbeda.



Jumat, 25 Maret 2016

Rasa yang kalah

Kesalahan yang sudah di ketahui, bodohnya untuk dimengerti, mungkin itu yang dinamakan cinta, pernah sekali membiasakan diri untuk terluka adalah cara yang jitu untuk menemukan rindu yang lebih baik, bukan mencari yang terbaik, tapi yang tak akan ada akhirnya, karna ketika kamu menemukan orang yang tepat, maka dengan kata Aamiin kamu akan menjadi tempat dimana ia harus pulang, seperti hati, yang nyaman, kamu akan menemukannya sekali, dalam nafasmu, sehingga menyesal membuatmu mengerti, dalam hidup kamu akan menemukan satu kali hal yang paling berkenan, tidak dengan berkali-kali, agar kita mengerti, satu bukanlah satu-satunya tapi ketetapan, bahwa satu adalah apa yang di raih, tapi tidak semudah mempertahankan, apa kamu mengerti kenapa? Mungkin karna perasaan tiap manusia tidak pernah bisa di tebak, satu hal dalam hidup yang kini masih diterjemahkan, sesuatu seperti apa yang berada di atas tingkat dari sebuah perasaan? Kamu akan mengetahuinya setelah menemukan hari yang benar-benar sulit.

Senin, 29 Februari 2016

Ringan meski tak terpikul

10:26

Tentang rindu yang di ikat sepi, 
Tentang rindu yang di bungkam malam,
Tentang rindu yang kian akrab oleh tangis, 
Tentang rindu yang makin meradang oleh derita, 
Tentang rindu yang makin serakah akan masa,
Tentang rindu yang ingin memimpin hasrat, 
Tentang rindu yang keji mencabik-cabik rongga dada,
Tentang rindu yang menghakimi tawa,
Tentang rindu yang membekukan muara, 
Tentang rindu menobatkan dosa menjadi halal,
Tentang rindu yang kian lumpuh akan ingatan,
Tentang rindu yang tak pernah akan ada habisnya,


Senin, 25 Januari 2016

Berakhir di akhiran paragraf tak berujung

Semua mati, bukan berarti tak berfungsi, tapi hilang kendali, semua berakhir begitu menghancurkan, sebelumnya sungguh di yakini, lalu berakhir tanpa pernah percaya nyata, mungkin terpukulnya tepat mengenai pusatnya, semua rubuh sekali hempasan kata, berakhir begitu mengguncang, kiamat di batin sungguh tak bisa terselesaikan, ketika melihat kebahagiaan semua begitu datar, senyum begitu palsu, dan kebersamaan begitu munafik, rasa untukku bukan lagi apa yang manis, semua terasa tawar, semua hanya berjalan seperti di naskah, tanpa ada likaliku, semua bahagia tak dapat pagi terjamah dengan hati, semua kecewa tak pernah lagi menjadi sakit, semua cemburu tak lagi mengguncang otak kiri, semua yang dulunya normal tidak stabil lagi, semua yang dulunya penuh harapan menjadi malam yang hanya berhias bintang, tanpa pernah menanti kejora berjatuhan, semua hal yang layak tidak lagi menjadi luar biasa, semua ketidak mungkinan hanya menjadi biasa saja, terjadilah sebagai mana Sang pencipta menulismu, ketika harus berlutut pada kecewa, mungkin raga ini siap untuk bangkit lagi, tapi tidak untuk bermimpi lagi, mungkin pagi tetap cerah, tapi banyak ruang di hati yang masih begitu senyap oleh malam, pernah menjadi terluka berkali-kali, pernah bangun dari kehancuran di kesekian kali, pernah merasa bahagia yang talik ulur, pernah tertawa yang benar-benar menertawakan sesuatu, pernah menangis sejadi-jadinya, pernah kehilangan arah selenyap-lenyapnya, pernah memiliki hingga tak pernah berkeinginan dimiliki, pernah dimiliki hingga lupa arti sendiri, pernah pergi hingga lupa arah pulang, pernah pulang tanpa bepergian kemana-mana.
Kamu tak pernah sebegitu menyedihkan seperti ini, jika kau menemui sosok yang bernama aku, mungkin kamu telah menuju ke jalan yang dimana kamu akan mati untuk merasa apa-apa.

R i n d u

Rindu ini berguguran bukan karna tersayat kecewa yang begitu deras, rindu ini berjatuhan tepat di kelopak bukan karna ada yang menghakimi soal pantasnya hidup, tapi rindu ini berhamburan karna munculnya rindu baru, mereka menyebutnya tunas, menjadi angka tanpa nilai yang pasti, menjadi aksara tanpa ejaan yang pasif, mulai hari ini dan seterusnya kamu tak akan hidup tenang, bersiaplah untuk terus di usik rindu ini, semoga tidurmu lelap di nina bobokan rindu yang begitu serakah, rindu ini tak akan pernah berakhir, begitu licik hingga tak membiarkanmu sedetikpun tanpanya, rindu ini begitu pekat, bahkan dalam terang mendekapmu dengah malam yang di lumuri kopi, rindu ini begitu angkuh, memilikimu dengan rasa tak berdosa, rindu ini kejam, mengoyak sepi begitu senyap, karna rindu ini diam yang paling kejam.