Rabu, 25 Desember 2019

Kamu yang berkelana, aku tak ke mana-mana.

Semua masih buram, entah itu tujuanmu, atau mungkin soal penantianku, aku benar-benar gagal paham, tentang siapa dan mengapa, penantian itu masih ku lalui, kamu yang mungkin masih hilang arah, dan aku yang menetap tanpa alasan, kita bagaikan bagian yang kehilangan temu, kita bagaikan rumah dan penghuni yang tak tahu arah pulang, entah kamu yang sudah mulai lelah berjalan, atau aku yang sudah jenuh menanti, kita bagaikan arah yang tak bertujuan, entah mengapa demikian, mungkin karna doaku yang selalu menyebut nama orang lain, mungkin usahamu yang pantang menyerah bukan pada tuannya. Apa kamu tahu, kita berjalan searah namun di jalan yang berbeda, mungkin kamu melaluinya dengan bersepeda, dan aku yang menyebranginya dengan berenang. Kita punya cara masing-masing untuk sampai pada apa yang ingin kita capai. Kamu tahu, semua orang hanya ingin segera sampai, tanpa ingin melalui pahit manisnya perjalanan. Aku mungkin adalah sebagian orang yang sabar dari 1/2 orang yang terlalu ingin terburu-buru karna begitu ingin memperoleh gelar nyonya, pun tak munafik menginginkan hal demikian. Mungkin beberapa dari isi kepala yang bertanya mengapa, kenapa, dan bagaimana adalah caramu menerima informasi terbaru soal komposisi asmara tiap hati yang berkepala sedikit tak waras karna terlalu menggebu-gebu. Tapi aku sedang waras-warasnya, untuk memikirkan bahwa dicintai tak melulu soal apa yang kamu miliki, tapi bagaimana kamu menyayang diri sendiri, bagaimana kamu menyayangi kedua sosok yang paling berjuang mempertahankan agar kamu tumbuh dan pantas berada di muka bumi. Kita terkadang merendahkan, menilai dengan seenaknya, seorang anak yang sudah sepenuh hati bersanding usaha agar anaknya tetap bahagia. Tapi justru sangat mudah di buat nangis oleh cinta pertama(nya) yang di damba-dambakan kisahnya tak jauh beda dari drama korea favorit masa kini. Terlalu naif dan gampang terluka. Terlalu dini dan mudah disakiti. Kita bahkan menganggap diri kita bukan apa-apa, yang justru sangatlah di-emaskan bagi kedua orang (tua) yang paling berjasa di nafas kita. Lalu mengapa kita mesti ciut ketika perkataan orang yang kadang kurang berlogika merobek waras?, Toh kita sendiri yang mengupayakan cinta tetap ada bahkan di tengah peperangan ego. Yang memaksa untuk lebih benar dari kesalahan yang berulang. Kita justru menyepelekan kesalahan kecil agar terlihat sempurna dimata tapi tak di batin. Kita bahkan mengusahakan hal yang sia-sia. Tanpa perduli benar salahnya. Kita selalu mengesampingkan nalar dan menaruh ego jauh di paling belakang otak kita. Kita selalu merasa yang paling tersakiti di muka bumi. Entah mengapa, ketamakan selalu memenuhi ruang di dada. Kita lupa, bahwa setiap hal yang hadir adalah kesiapan kita dalam menjalani itu sudah sampai pada batas. Dan yang kita lakukan malah melebih-lebihkan, membuat sekitarnya tergambar dalam keadaan yang paling duka. Padahal perjalanan aku, kamu dan dia bukanlah satu-satunya perjalanan terpahit dari rasa yang paling pekat sedunia.

Entahlah,,, ku pikir perjalananku akan semudah dia yang membuatku merasa iri, yang membuat dia melakukan dosa entah tanpa sadar. Kamu tahu, kita tak pernah luput dari kesalahan yang tak di sengaja, kita tak pernah sanggup menghindari lalai dari sebuah tanggung jawab, sebab kita lebih memilih memperlihatkan kebahagian-kebahagian kepada banyak orang, yang belum tentu akan terlihat baik-baik saja dimata mereka. Sebaliknya di keadaan duka, kita tak ingin satu pun menyadari akan kemalangan itu. Kita lebih menyombongkan kebohongan dibanding kebenaran yang selalu kita simpan rapat-rapat dalam diam. Hidupku yang sama sekali jauh dari kata baik pun masih sesering itu melakukan kebodohan yang kutahu dampaknya. Manusia memang seperti itu, melakukan kesalahan yang sudah diketahui akibatnya dan enggan berbenah. Manusia yang paling jauh dari Allah, sebab lebih memilih waktu dunia yang dianggap mengasyikkaan dari pada perjalanan waktu ke akhirat. 
(Mengaji)
Maaf karna nafasku yang sia-sia memilih mengabaikan agamaku.
Maaf ku ingin waktu yang panjang dengan dosa yang berlimpah. 
Maaf karna egoku yang selangit memporak-porandakan keyakinanku pada islam.

Allahuakbar, maaf ya Allah, malam ini ghibahku terlalu panjang, hingga lupa kekuranganku yang sejagat raya.
Dari aku yang selalu ingat mati tapi shalatnya masih bolong-bolong.

Kamis, 12 Desember 2019

semestaku isi kepalamu

Aku selalu ingin tahu, apa yang sedang menjadi topik utama di otakmu saat ini, apa yang membuat kepalamu bekerja lebih giat dari biasanya, aku selalu ingin tahu apa yang hatimu tuju hari ini, bagaimana suasana hatimu saat ini, semoga tidak berderai seperti hujan yang saat ini menyerbu atap rumahku. Sebab yang selalu ku nanti adalah tentangmu yang baik-baik saja, tanpa memberiku kabar apa-apa. 
Halo... 
Malam ini hanya ingin kamu tahu, bahwa beberapa hari ini aku kurang baik-baik, bukan cengeng atau ingin mengadu ke siapa-siapa, tapi hanya ingin kamu tahu, sekadar di tahu, bahwa sakit lebih menyakitkan ketika sepi ikut andil. 

Bukan supaya kamu ikut sedih, hanya saja aku ingin kamu tahu kabarku, seperti aku yang diam-diam selalu mencari tahu kabarmu. 

Perihal rasa, tak usah memberatkanmu, sebab tidak pernah sekalipun aku meminta rasamu haruslah lebih besar dari apa yang ku emban saat ini. Soal tanggung jawab, kamu tak wajib mempertanggungjawabkan apa yang tengah dan telah aku lalui.

Setiap hari-hari mengingatmu mungkin adalah perjalanan menujuku melupakanmu, jangan iba atau merasa kasihan, sebab perasaan bukanlah hal yang harus kamu balas dengan rasa seperti itu. 

Bahkan hari-haru yang kita lalui, sudah banyak memudar di ingatanku, aku hanya mengingat tentang kamu yang memilih berjalan tanpa mengajakku ikut serta. "Hari itu benar-benar tiba akhirnya", itu yang terbersit di kepalaku yang minimalis akan kenangan. 

Kamu jangan tertekan, aku tidak pernah ingin membuatmu merasa terhakimi, sebab pengadilan sama sekali bukan bidangku. Kamu jangan merasa berat hati, sebab ku pikir hanya langkah kaki temanku yang benar-benar berat karna obesitas. 
(Tolong jangan minta aku sebut nama)

Hari ini, orang yang akan melihat beberapa paragraf pun berpikir, bahwa aku tengah tenggelam pada perasaan terhadap mantan. 

Jangan cepat menyimpulkan sesuatu yang sama sekali tidak kamu tanyakan langsung ke orangnya. 

Sebab mantan-mantan yang pergi adalah orang yang pantas mendapat caci maki bahkan 1000 tahun lagi, orang-orang yang di beri kepala tapi di gunakan di bokong, dan orang-orang yang di beri hati tapi di jaminkan di bank sampah. Mungkin bunganya di sebut bunga tai manu.
Whatever...

Sekali lagi aku juga bukan kenangan yang baik atau sosok yang baik untuk di kenang, saya pun punya berjuta ego, dan punya segudang keras kepala, cengeng dan pasti selalu marah pada hal-hal yang menurutku kurang wajar. Dan pendendam.
Saya juga bagian dari orang-orang terburuk, tapi selalu berhati-hati agar tidak dengan mudah atau tak di sengaja merusak kebahagiaan-kebahagiaan besar pun kecil milik siapa-siapa.

Eh, baru saja, telponku berdering, mungkin tersentuh tombolnya ketika bapak berbalik badan dalam lelap, tapi tetap ku angkat, padahal tahu betul, jam tidur bapakku setelah shalat isya dan makan malam.
Ku angkat dengan rengekan, dan berkata "pak sakitka pak, sendirika, sakitka bapak"
Seperti itulah sifat cengeng yang menyebalkan yang tak pernah enggan ku hilangkan dari karakter yang ku jalani.

Maaf jadi berceceran kemana-mana, jadi melow kayak meong. Kamu tahu apa yang paling menyakitkan dari kesendirian? Adalah mmembeli obat di apotek untuk diri sendiri, menyelimuti diri sendiri, dan membuat tenang diri sendiri itu yang paling berat.

Mengobati yang lain, tapi terjadi pula virus lainnya. Sebagai penggugur dosaku yang sudah benar-benar menggunung. Entah kenapa manusia, eh bukan, saya sendiri, paham betul tentang dosa tapi sering saja selalu mengulangi. Remedial laknat.

Tertidur setelah waktu isya ku pikir akan membuatku lebih nyenyak, tapi isi kepala yang seolah terisi banyak benda antik, dan hidung yang di penuhi busa hingga membuatku sulit mengudarakan oksigen di dadaku, justru membuatku terbangun dengan rasa yang menyakitkan, sebab tak ada siapa pun di sampingku. 

Sudah dulu, ingin mencoba kembali tertidur, agar terkumpul tenaga untukku tetap bisa mengisi absen kehadiran di kantor tempatku sering ngedumel.

Good night kata orang romantisnya.....



Selasa, 03 Desember 2019

pengulangan sebagai pengingat

Kita tidak pernah tahu, sebising apa tangisan pertama kita ketika beranjak dari rahim mama agar supaya kita juga dapat merasakan nyamannya oksigen, hangatnya sentuhan orang-orang yang menanti, besarnya kasih sayang orang-orang yang bahkan belum pernah melihat raut kita. Dan satu hal yang pasti, bahwa luar biasa kesakitan yang mama rasakan untuk mengusahakan agar si buah hati selamat sampai tujuan. Untuk bisa berjumpa dengan semua keluarga yang menanti kehadiran kita, dan untuk bisa bertemu dengan manusia lainnya di muka bumi. Hari ini usiamu bertambah, bulan kemarin usiaku bertambah, esok entah usia siapa yang berakhir, dan lusa siapa pun kalian semoga selamat sampai ke permukaan muka bumi tanpa kurang kebahagiaan apapun.
(Aamiin)

Terlebih ungkapan yang banyak sedih, dan lebih banyak syukur seharusnya, karna bisa bertambah lebar dan tidak bertambah tinggi, karna bisa beranjak dewasa dalam segi umur, meskipun kekanak-an yang tak kunjung reda. Bukan karna terlalu menikmati masa tumbuh kembang, bukan pula kurangnya kenikmatan masa kecil. Jangan gampang menjust siapa pun, dan jangan menghakimi tiap watak seorang anak, karena mereka tumbuh dan berkembang dengan banyak kasih sayang dari orang tua mereka masing-masing. Dan kita tidak pernah tahu sekeras dan seteguh apa pengorbanan orang tua mereka agar supaya mereka bisa lebih di anggap keberadaannya di era yang sekarang ini, masa dimana terlalu menggampangkan hidup orang lain. Meski-pun cara tiap orang tua menyayangi berbeda dan terkadang kurang tepat. Yang ku tahu mereka melakukan semua itu hanya dengan satu alasan. Yakni "Mengasihi"

Hari ini diberi ucapan selamat, entah harus merasa bahagia ataukah malu buatku. Sebab di umur yang sudah tidak muda lagi, beberapa orang hanya memikirkan kenapa belum berkeluarga. Benar-benar membuat saya gagal paham, dan tak mampu beretorika. Sebab saya punya keluarga lengkap, punya kedua orang tua, punya dua kakak dan dua adik. Dan menurutku setiap keluarga berharga bagi tiap nyawa.

Ku ingat lagi, masa dimana saya masih abg, mungkin Setingkat SMA bisa ku anggap sebagai masa abg ku, pernah kepikiran dan bertnya-tanya di kepala tapi tanpa hati, "kira-kira Allah mempertemukan jodohku di umur yang ke berapa yah?" 
Dasar abg labil, baru kali ini mengerti bahwa perjalanan untuk sampai ke fase itu tidak semudah beberapa orang yang ku anggap beruntung.

Hidup tak pernah baik-baik saja, hidup tak pernah seindah yang kita ingin-angan-kan saja, hidup tak se-happy ending drama korea. Bahwa hidup hanya baik-baik saja bagi beberapa orang-orang beruntung saja. 

Mungkin jenis keberuntunganku berbeda dengan keberuntungan orang lain, sebab setiap nyawa yang berhasil menghembuskan nafas ke muka bumi adalah keberuntungan yang tiada terkira bagi saya pribadi.

Kembali lagi ke pandangan orang lain terhadap hidup yang kita jalani dengan baik-baik saja, kita bahkan merasa cukup dengan apa yang belum kita miliki, tapi ketika seseorang sudah memberi komentar atau pertanyaan, kita kembali merasa putus asa, merasa lebih banyak kurang dari yang lain, merasa benar-benar berpijak di titik terendah permukaan bumi, dan kembali lagi berkali-kali berbesar hati, mencoba lagi berlapang dada, berusaha lagi memperbaiki pikiran-pikiran yang terlanjur di obrak-abrik oleh beberapa argumen yang keluar tanpa tahu kapan harus menggunakan tanda bacaan (.,) Mungkin bagi mereka pertanyaan adalah hal yang sangat lumrah, membuat maknanya terkesan seperti lelucon yang benar-benar tidak ada unsur lucu-lucunya sama sekali, menurutku pertanyaan seperti itu bukan lagi sedikit kurang benar, tapi benar-benar tidak pas. 

Berkali-kali menata perasaan agar tidak terlihat hina. Berkali-kali mengusahakan jawaban yang logis agar tidak terlihat buruk, berkali-kali memilih kosa kata yang sederhana agar terlihat santai, dan berkali-kali pula memperbaiki pemikiran-pemikiran yang salah terhadap Allah SWT. Berbaik sangka, bersyukur, dan sabar.

Mengapa manusia sesering itu mempertanyakan jodoh (tulang rusuk).
Padahal jodoh yang paling dekat dengan manusia adalah ajal. Mengapa mempertanyakan hal yang bagi dunia anggap nyata, sedang ajal pun pasti.

Pertanyaan yang paling ingin terlontar dengan lantang ketika diberi pertanyaan kenapa (?) alih-alih menghakimi,  tapi tak pernah benar-benar lidahku bertenaga memberi ritme pada pola beberapa kata tersebut.

Sudah larut...

Mungkin besok ku lanjutkan, atau mungkin besoknya... Jika diberi umur berlebih, jika diberi nafas berlanjut. Dan semoga terus dialiri rezeki berpikir untuk menulis sesuatu yang biasa untuk pembaca yang luar biasa, yang senantiasa menyempatkan mata, pikiran dan hatinya untuk melirik blog ini.

Selamat terlelap pulas dengan mimpi yang baik-baik, dan dengan doa yang paling aman. Untuk kamu yang hari ini bertambah tua, tapi benar-benar tidak dewasa menghadapiku. Untuk kamu yang memilih pergi meski telah ku pinta berkali-kali menetap. Untuk hati yang berkelana jauh, tak akan pernah menjadi milik siapa-siapa, yang di takdirkan menjadi milikku seorang, dari Allah SWT untuk aku.

Dari aku yang tengah berupaya menjadi milikmu.


90:4 Dec





Senin, 04 November 2019

ingin-ku, ingin-mu yang tak pernah pernah berpapasan

Kita selalu tidak sabaran untuk segera berada pada masa itu untuk lebih cepat merasakan bahagia, lalu ketika berakhir, kita sedih, sambil berkata hal itu berlalu dengan sangat cepat, kita lupa bersyukur, bahwasanya rencana itu terjadi atas izin Allah, manusia memang tak pernah berhenti berkeinginan, dan ketika keinginannya di sanggupi, lupa bersyukur, sebaliknya ketika semua rencana di tangguhkan, kita menjadi-jadi, memberontak hingga memyerupai hewan. Nyatanya manusia lebih baik dari binatang, lantas mengapa sikat manusia yang kadang dijumpai hampir identik dengan berbagai karekter hewan. Jangan mudah terprovokasi, saya hanya mengenang cara menggunakan majas, karna pada saat seperti ini, sedang marak perihal melebih-lebihkan, yang juga bagian dari beberapa majas tertentu. Kembali ke ingin manusia. Ingin berubah jadi lebih baik besok. Seperti halnya menyesal, pada kondisi saat itu saja kita sesali, besoknya terjadi lagi hal demikian, selalu berpegang pada besok akan ada lagi hari esoknya, tapi lupa bahwa setiap nafas manusia punya deadline-nya masing-masing. Lupa bahwa waktu tak terbatas tapi manusia punya batas. 

“Tidak usah sesering itu kamu bilang sayang, cukup seadanya tapi selamanya”

Saya senang dengan kata di atas, tapi mengingat tiap waktu yang ku habiskan di umurku yang hampir 1/3 abad. Kata-kata itu adalah khiasan, yang maknanya bisa lelucon, ghibah atau apapun yang tidak terlalu penting. Saya jujur dari lubuk hati mengatakan, ketulusan itu sedikit demi sedikit terkuras oleh waktu yang ku habiskan dengan berbagai kecewa yang mengamati langkah kedewasaanku. Ketulusan hanya ada pada fase pubertas, masa dimana kita lebih membuat hati kita bekerja keras dari pada otak kita. Dimana perasaan selalu terlibat, entah di waktu yang tepat atau tidak benar. 
Dari pengamatanku tentang diri sendiri, tingkat keinginan manusia yang sudah melalui 1/3 abad hidupnya, tidak sebesar keinginannya seperti dahulu, entah karna hasrat ikut menua, entah karna ingin lebih cermat memilah, entah karna berkurangnya semangat yang dipacu tenaga.
Dari hidupku yang masih jauh dari kata baik, ku usahakan untuk berhenti melihat ke atas, tapi dengan tetap bercita-cita setinggi langit. Ku stopkan nafsu untuk memiliki barang yang tidak terlalu ku butuhkan, dan yang paling ingin ku pedomani, ilmu berbagi, ketika bersedekah justru membuat mereka kaya, kenapa hati kita selalu merasa miskin. Dan yang sedang paling ingin ku usahakan adalah melakukan amal jariyah. Tanpa putus tali silaturahmiku kepada Tuhan Pencipta Isi Bumi dan Langit. Melakukan ibadah terpanjang, semoga tulisan ini sampai pada langit yang di atasnya masih banyak langit lainnya. Semoga segala doa dan harapan siapa pun di muka bumi bisa menjadi amal jariyah bagi roh masing-masing raga. Semoga yang bahagia dijaga selalu pada waktu yang baik dari Sang Maha Esa. Semoga malam ini kamu menyaksikan rindu yang memelukmu lewat doa-doaku.

Kamis, 05 September 2019

Menjadi cantik ketika buncit

Konten kali ini aku akan bahas perihal kapan wanita itu benar-benar terlihat cantik.
Pada umumnya laki-laki akan mengatakan kecantikan wanita dilihat ketika dia baru bangun tidur, ahahhaahhahha bulsyit... Yah emang harus cantik kan, namanya juga istrimu. Pastilah setiap wanita menjadi yang paling cantik bagi suami-mereka masing-masing. Tapi bagi saya, seorang perempuan itu benar-benar cantik ketika dalam keadaan Hamil, sangat seksi kalau menurutku, suatu pemandangan yang benar-benar indah dari manusia untuk manusia. Seperti halnya langit, dia akan lebih menawan ketika muncul pelangi.
Meski wanita lebih sensitif pada masa- masa kehamilan, mood yang sangat tiba-tiba berubah, lebih cengeng juga, katanya bawaan si bayi. Saya sendiri belum pernah merasakan hal yang luar biasa itu, tapi sedikit tahu, dan saat seorang wanita hamil, sang suami harus lebih sabar, dan harus kuat nyenengin si istri, dalam keadaaan ngantuk pun wajib. Hahahahhahahhaa...
Hal seru ke dua yang paling perempuan inginkan setelah yang pertama jadi pengantin tercantik semalam, yaitu, bisa merasakan hamil, padahal kalau diingat lagi, melahirkan itu rasanya benar-benar sakit, nyawa taruhannya, kenapa? Sebab melahirkan itu seolah kaki kanan berada di dunia, dan kaki kiri di akhirat, itu yang pernah saya dengar. Saking sakitnya kita gak bakal bisa menggambarkan se-detailnya.

Beberapa ibu hamil juga bisa merasakan ngidam makanan apa pun, dan langsung bisa disantap, beberapa saat kemudian, tapi beberapa juga tidak, semoga kelak, saat diposisi demikian, saya gak minta banyak, karna saya berharap punya jodoh yang sederhana, sederhana hatinya juga pasti. Setiap saat, ketika melihat orang bahagia, selalu berdoa dalam hati, siapa tahu Allah langsung ngasih, jangan berhenti berdoa!

Lanjut lagi, setelah hamil, calon ibu akan kehilangan banyak setelah lahiran, benar-benar perjuangan menjadi status ibu gak mudah dan murah. Kehilangan body yang aduhai, kehilangan kulit yang kencang, kehilangan waktu-waktu yang dihabiskan untuk melakukan hobby atau kesenangan di luar rumah, bakal nambah kerjaan rumah, dan kehilangan waktu tidur yang nikmat tentunya, tapi waktu yang dilalui hari-harinya akan lebih berwarna pasti. Ada malaikat kecil, yang lahir dari rahim yang sungguh mewah. Di beberapa tulisan yang saya tulis, saya selalu mengungkapkan Rahim adalah hal termewah bagi perempuan. Sebab sehebat dan secanggih apapun buatan manusia, gak bakal bisa 'Menciptakan Rahim'.

Ada juga perempuan yang benar-benar terlahir kurang beruntung, punya rahim, tapi dengan sangat berat mengangkatnya, untuk demi, memperpanjang jangka waktu hidup. Saya punya kerabat seperti itu, kadang sedih sendiri kalau diingat-ingat. Tapi dia tangguh, menjalani hari-harinya tidak berlarut-larut merenungi kemalangan-kemalangan yang terjadi, tidak menjadi-jadikan cobaan sebagai hal yang keji atas takdir sedemikian menimpa. Hidup akan baik-baik saja, ketika kita tanamkan dalam hati "saya baik-baik saja", dan selalu berusaha baik-baik saja dengan tidak berpura-pura baik saja.

Hidup akan selalu baik-baik saja, ketika kita menjalaninya dengan seseorang yang tulus, tulus dalam arti, tidak akan meninggalkan setelah tahu kekurangan pasangan kita ternyata lebih banyak  setelah hidup bersama.

Hidup akan baik-baik saja, ketika "cobaan" kita ganti dengan kosa kata "ujian naik kelas". Menjadi lebih baik, dari berusaha baik seperti sebelumnya.

Dan selain cantik, si ibu hamil pun, sangat imut menurutku, karna kenapa?? Dia akan menginginkan banyak hal aneh, dan tidak terduga, itu yang disebut ngidam, menginginkan hal-hal sepele tapi sangat menggebu-gebu, menginginkan hal yang tidak terduga, tapi di waktu yang tidak tepat, dan si suami harus sabar, bantuan yang paling dibutuhkan si ibu hamil adalah kesabaran suami. Sebab jika bisa bertukar peran, laki-laki tentunya tidak sanggup dan mutlak tidak akan bisa.

Nah membantunya tentu dengan 'bersabar'.
Dan pastinya harus lebih giat cari uang, sebab si ibu hamil bakalan nambah nafsu makannya dua kali lipat dari biasanya, sebab ibu hamil makannya harus untuk dua orang (Ibu dan bayi itu sendiri).

Dan laki-laki tidak benar-benar bisa menjadi bagian dari kehamilan kita (si istri).

Sabtu, 31 Agustus 2019

Siklus menemukan ketetapan

Setelah hari, hari menahan beberapa kesedihan di kelopak mata, akhirnya hari ini memutuskan untuk pergi dari rasa cemas, dari rasa menyayangi sepihak, dari rasa rindu yang tak kunjung dihiraukan, mungkin bagi yang teguh tidak akan berakhir tragis seperti cerita ini, hari-hari yang sudah dilalui biarkan berlalu, semoga sesal tak menetap, sebab dendam adalah bagian terpendam dari (tidak) ikhlas. Setelah hari ini, setelah menyiksa mata berkali-kali, setelah pernah berusaha sepenuh hati, bukan berarti jalan harapan sirna, sebab untuk bertemu hati yang lebih simetris bukankah teka-teki yang gampang-susah untuk di pecahkan ?

Alangkah mudahnya hidup jika tanpa tanya.
(?)

Keyakinan tidak akan membantu banyak untuk menyatukan setiap niat yang teguh. Beberapa mesti terlewat dengan banyak air mata, entah dengan banyak menahan, entah dengan banyak berdusta, entah dengan sesering-saling melukai, semua cara sudah jadi jalan. Sulit memang selalu hadir, saat teguh bersungguh-sungguh mengajak pergi berlalu. Selalu saja ragu, dan sakit di perjalanan, hal yang wajar bagi yang selalu berupaya. Sebab melupakan tak semudah mengenalmu di dalam hati. huft... mesin pengingat berkekuatan turbo paling langka. Meski telah retak ditiap sisinya, masih saja berfungsi seperti sedia kala.
(seiring waktu)

Berusaha lebih bijaksana, dan tahu, kapan waktu yang tepat untuk berhenti. Setelah berkali-hari bersandiwara, hingga cerita indah berganti pahitnya sakit hati yang berulang-kali coba untuk diatasi. Menyerah bukanlah sesuatu yang menghentikan segalanya bukan?

Jika dipikir kembali, janji dan kata-kata yang sakral telah lama kehilangan arti. Oleh ulah-hati yang pandai bersilat ludah.
(Lidah sudah mainstream)
Mengucapkan dengan mudah, terlebih mengingkari tentunya.

Jadi pecundang berkali-kali untuk rasa yang sia-sia. Saya rasa semua orang pernah berperan pada karakter seperti itu. Bahwasanya mengatasi tiap ego berbeda adalah gambaran dari hati. Lantas jika yang berhasil melalui itu, percaya, bahwa semua tak akan semudah yang terlihat.

Jika kamu mengerti, mungkin kamu pernah ada pada situasi seperti itu. Atas segala curahan yang pernah dititipkan ke seseorang, tiba-tiba saja sirna, lebur bersama pelangi menjelang senja, dan lenyap dihempas asa yang terasa sejuk tapi melelahkan.

Harap yang sudah kau cukupkan pada hal yang pasti. Namun ternyata salah. Kehabisan harap adalah kehampaan yang makin berkuasa di-dirimu. Jangan biarkan waktu menyita sisa umurmu untuk suatu yang tak pasti pada ketetapan. Jika kau siap mendengar janji, kamu harus siap melepas janji itu terbang mengangkasa. Jangan mengabdi pada ucapan yang semu, iya tak akan berwujud meski jasadnya masih bernafas.
Iya tak akan bertahan bagai detak jantung yang selalu merahasiakan kapan ia terhenti.

Kala jiwa-mu  sendu, dan kehabisan cara untuk melanjutkan harapan, kembali lagi untuk mengenali dirimu, menyayangi dirimu utuh, jangan berlama-lama berduka, hanya akan membuat harga dirimu terluka, menukar jiwamu pada sesuatu yang kacau. Jangan menjadi bodoh berlama-lama. Untuk orang yang bodohnya dua kali lipat karna telah meninggalkanmu.

Suatu saat, jika kamu sudah mulai lelah berjalan, kau akan melihat muara. Muara yang akan membawamu membuka mata hingga menutupnya kembali tanpa rasa cemas. Kamu akan jadi bagian penyempurna iman seseorang, gundah akan berlalu-sirna.

Semoga...
Besok, setelah kamu melihat mentari, kau akan sembuh, dan akan datang seseorang yang selalu setia berdoa, dan kamu jawabannya dari doa itu.

Jumat, 23 Agustus 2019

Menjadi dominan adalah impian

Seperti malam biasanya, saya melewatkan banyak hal yang luar biasa jauh di luar sana. Karna saya tidak ingin menjadi seperti kebanyakan manusia di muka bumi, yang selalu mencari kesenangan yang menurutku bukan hal yang baik (bagi dompetku terutama) untuk dilakukan, bukan karna merasa paling mulia di muka bumi, hanya saja kita semua tahu, bahwa kondisi setiap individu itu berbeda, jangan tanya kondisi apa? Sebab bakalan panjang ngetiknya.

Kembali ke hal yang ingin aku jadikan jurnal hidup.
Setiap perempuan selalu punya caranya sendiri, untuk menyayangi dirinya, misal melakukan apa pun agar bisa terlihat lebih cantik dari biasanya, membeli baju, tas, sepatu, lipstik, parfum yang branded. Tapi bagi saya itu pemborosan. Dan tiap manusia punya sisi hedonisme. Hanya saja keadaan kerap kali tidak berpihak. Seperti kosa kata yang menjadi topik ini "keberuntungan".

Tapi lain halnya dengan saya sendiri, menyayangi diri sendiri adalah dengan melakukan hal-hal yang saya senangi, misal : menatap langit jingga bersanding senja, berjalan di pesisir pantai sambil berbincang, atau mendengarkan musik jika sedang sendiri, mendengar cerita lucu dari seorang teman, bisa menjadi penampung bagi setiap keluh kesah teman, berenang di kolam yang bagus dengan voucher renang gratis dari teman, bisa membayar cicilan bulanan tanpa hambatan, dan ketika BAB-ku tiap harinya lancar, sesederhana itu aku menyayangimu, teruntuk diriku.

Bagiku kebahagiaan-kebahagiaan kecil kelak menghasilkan kebahagian yang berlimpah, seperti kata pepatah, sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.

Sebab...
Saya tidak sanggup menyayangi diri saya dengan cara yang luar biasa, saya memilih menjadi yang berbeda, dengan cara sederhana. Dengan mendengar pendapat orang lain tapi tidak memperdulikan hal tersebut sehingga menjadi persoalan yang tidak penting. Hidup itu memang seperti "kita yang menjalani orang lain yang berkomentar".

Tapi semakin ke sini, saya semakin perasa, mulai berbeda, apa kamu juga?atau hanya aku saja satu-satunya, ketika kamu seorang gadis yang tengah menginjakkan kaki di umur yang ke 27 th menuju 28 th. Kamu akan benar-benar berbeda. Kamu akan selalu mendapat gurauan yang menurutku bukan hal yang pantas dijadikan bahan lelucon. Ketika kondisi lingkungan yang membuatmu makin menonjol, kamu akan makin terkucilkan.

Semakin hari, lelucon itu semakin terasa tajam menusuk ke sendi-sendi. Bagi orang yang belum beruntung seperti saya, itu benar-benar menyakitkan. Menghindari berbagai macam pertemuan, acara keluarga atau reuni sekolah bahkan reuni kampus, membuatku makin ciut. Dengan  banyak ketakutan akan pertanyaan-pentanyaan yang sudah paten ada di tiap perbincangan siapa pun.

Mungkin bagimu yang bertanya adalah hal biasa, adalah hal yang sangat mudah kalian lontarkan, tapi bagi kami yang belum beruntung, itu cukup menghabiskan kosa kata, sudah cukup banyak alasan yang keluar, alasan yang berbeda ditiap orang yang berbeda. Ada baiknya pertanyaan kalian dijadikan doa saja.

Hmm...
Seseorang memberi nasihat,
"Anggap pertanyaan adalah doa" bagaimana bisa? Apakah itu salah satu sifat husnudzon jika menganggapnya seperti itu? Jika iya sebaiknya ku amalkan saja.

Saya rasa menikah memang keinginan yang paling ingin kita segerakan di hidup kita masing-masing. Tapi semua itu bukan kuasa kita - manusia. Suatu ketika, seseorang bertanya kepadaku "mengapa kamu ingin menikah?"
Saya terdiam, lalu menatap langit, dengan mata yang berbinar, dan...

Sambil menarik nafas dengan mantap saya berkata.
Bagi setiap perempuan pernikahan adalah hal yang luar biasa, "apa kamu tahu, saat apa perempuan dikatakan seperti terlahir kembali?" tanyaku...
(terdiam sejenak)

"Ketika ia memulai rumah tangga, dan ketika menjadi ibu". Hal luar biasa dan mewah yang dimiliki perempuan adalah rahim. Dan itu inginan saya sebagai perempuan yang biasa-biasa saja.
Ingin merasakan kondisi dimana saya bisa menggunakan rahim saya sebaik mungkin, seperti merasakan keadaan hamil, melahirkan, meskipun konsekuensinya akan melalui masa transisi, rasa sakit yang begitu dahsyat. Hebat kan yah perempuan ? Kalian laki-laki kuat tapi tidak akan sanggup melalui itu.
Seketika itu ingin menjadi dominan seperti perempuan lainnya.

Perempuan-perempuan yang beruntung menemukan belahan jiwanya. Keberuntungan yang hakiki, bisa menemukan separuh dari bagian yang bukan hilang, tapi bagian yang terpisah sementara.

Alih-alih merasa iri, saya melakukan permintaan dalam hati diam-diam, sambil berucap "Ya Allah, semoga suatu saat, pada waktu yang tepat, dan tak harus indah, saya juga bisa merasakan hal yang demikian, menjadi ratu sehari - semalam, mengenakan pakaian adat bugis yang cantik dan tak harus mahal, dengan panaik (uang seserahan) yang sesanggupnya dari dia yang sudah berani melamarku, sebab tidak ada nilai yang dapat kusetarakan pada niat seorang laki-laki yang siap memintaku menjadi tanggungjawabnya, melepas tanggungjawab orang tuaku kepadanya".

Doaku memang panjang, tapi pahamilah bahwa Allah Maha Baik, dan akan selalu menampung segala doa-doa kita. Satu-satunya jalan ketika usaha sudah kita maksimalkan yaitu dengan berdoa.
The power off doa*

Bersambung...

Rabu, 21 Agustus 2019

Pasangan identik untuk tulang rusak

Diumur saya sekarang yang tidak muda lagi, saya mencoba realistis untuk hidup yang mungkin saja bisa lebih baik besok, besok lusa, besoknya lagi dan besok seterusnya. Hari ini (26.27.11.91) di umur tepat 28 tahun saya memutuskan itu berhenti berangan-angan untuk dapat menikahi manusia yang sangat saya inginkan (cintai).
Menurut saya, menikah dengan orang yang kita inginkan adalah sebuah kemewahan untuk orang yang miskin seperti saya tentunya. Kalian tidak akan pernah mengerti, bagaimana hebatnya merasakan hal yang diinginkan dan terjadi begitu saja.
Bagi saya sendiri itu adalah hal yang sangat luar biasa, bisa di katakan keajaiban.

~Wikepedia

Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ, malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al Qur'an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Qur'an. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al Qur'an.

(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lailatulkadar)

Saya senang melantunkan surah Al-Qadar, karna saya selalu percaya Allah SWT Maha Baik, untuk segala keajaiban-keajaiban yang memang menjadi hak bagi tiap Hamba-Nya.

Tapi sekarang berbeda, saya berhenti mengharapkan keajaiban. Karna menurutku hal itu terjadi untuk orang-orang yang memang terlahir beruntung.

Setiap kebahagiaan yang orang lain rasakan, saya selalu menyelipkan doa alih-alih merasa iri. Agar kelak saya bisa merasakan bahagia seperti itu kiranya. Seputus asa itu menginginkan apapun.

Sungguh hal yang kekanakan bagi manusia yang sudah hidup di muka bumi selama dua puluh delapan tahun lamanya, jika masih percaya pada  keajaiban-keajaiban akan terjadi jika :
*Membuat permohonan ketika melihat bintang jatuh (🌟)
*Membuat permohonan sebelum meniup lilin kue tart
*Dan percaya, ketika bermimpi menaiki puncak gunung yang sangat tinggi, adalah pertanda bahwa apa yang diinginkan akan segera terwujud.

Dan sampai saat ini pun masih percaya, bahwa doa bagaikan menggayuh sepeda ke tempat yang sangat jauh, jika kita gigih tanpa berhenti, maka akan segera pula kita sampai pada tujuan itu. Tapi ternyata salah. Sebab kita adalah ketetapan-ketetapan yang sudah pasti.
Takdir kita tidak dapat diadendum seenak ke-ingin-an.

Saya lupa, benar-benar lupa, nyatanya kita akan dihadiahkan 'apa yang kita butuhkan, (tidak) apa yang kita inginkan'. Keajaiban itu ... (semu).

Setiap harapan yang sudah ku upayakan semaksimal sanggup-ku, anggap saja sebuah hadiah dariku, untukmu. Sebagai wujud turut andil saya dalam upaya menyelamatkan senyummu di hari bahagiamu kini.

Tadinya ku pikir Tuhan mendukung segalanya, setiap harapan yang berjalan lancar, bersyukur rencana Allah sejalan dengan harapanku (sambil bersyukur dalam hati), nyatanya aku bukan  pemeran utamanya. Maha Merencana lebih Berkuasa agar ceritamu berlanjut ke cerita dia. Orang yang kini kamu kasihi.

Satu-satunya keajaiban yang terjadi adalah, kamu dan aku masih bisa bernafas hari ini. Entah siapa yang berada disisi-mu. Tentunya dia adalah salah satu manusia beruntung lainnya. Kamu tahu mengapa? Sebab dia memilikimu.

Terinspirasi oleh drama korea~
(because this is my first life)

Minggu, 28 Juli 2019

Friendzone

Kamu hanya teman
Lantas kenapa kita memutuskan untuk berhenti berkabar dan mengakhiri perkenalan.

Selang beberapa tahun ini saya tengah asik menjalani pertemanan dengan seorang manusia. Tak ada yang luar biasa, hanya saja dia lucu, sesering kami bercakap via vc whatsApp, kami semakin terbawa arus, entah arusnya deras, atau perlahan sampai kami berdua tak pernah menyadari sudah jauh ternyata kita terbawa arus, mengenal satu sama lain, sampai pada muara dimana kita sudah saling tahu luar dalam, sudah saling tahu luka-luka, makanan kesukaan, lagu-lagu kesukaan, dan banyak hal lainnya yang tidak akan cukup  untuk aku tulis disini.
Kita sudah sangat saling. Tak ada hal yang kita sembunyikan, tak ada jaim-jaim, kita saling mengeluarkan semua keburukan tanpa ada rasa malu, saling menceritakan kekurangan yang alhasil menjadi kelebihan di diri kita masing-masing, kita tak pernah merasa canggung akan hal yang sejatinya aku dan kamu ingin sembunyikan rapat-rapat dari orang lain, kita saling terbuka, kita hanya jujur tanpa beban.

Saya pikir semesta yang mengirimmu

Kita bahkan berjanji desember adalah ceria, kita memutuskan untuk bertatap kening. Beberapa janji-janji kau sematkan diingatanku, meski saya orang yang cepat lupa, tapi seolah kamu memutar kaset berulang-ulang di kepalaku, untuk selalu mendengarkan janji-itu bahwa akan  segera kamu tunaikan.

Kita bahkan terlelap bersama dalam layar hape, kita saling menatap, kita pulas bersama, kita tak pernah mempermasalahkan jarak yang harus menguras kuota.

Semakin hari, puing-rindu yang tak bertuan akhirnya melekat pada raut yang tiap malam saling menatap lewat layar hape. Kita semakin mempersoalkan jarak, semakin mengigau ingin punya pintu doraemon, semakin kacau ingin mempercepat waktu, semakin tidak warasnya ingin punya baling-baling bambu doraemon atau setidaknya awan kinton dragonbal. Kita semakin tenggelam pada laut yang sama-sama ingin kita arungi.
Kita awalnya menganggap pertemanan ini adalah hal yang biasa, entah kapan berubah jadi luar biasa.

lalu tetiba sepi, ‘kamu hilang’

Pencarian ke 3 hari berturut-turut kamu membalas puluhan pesan dengan beberapa kata saja, hal yang aneh, aku temukan, kamu bukan lagi teman yang ku kenal 3 hari yang lalu.

Kamu berbeda

Saya akhirnya memutuskan mengirim pesan bertubi-tubi, tepat menyentuh ke harga dirimu mungkin, kemudian kamu membalas dengan 4 kalimat, jawaban yang memang berkali-kali terlintas di kepalaku 3 hari belakangan pasca hilangnya kabarmu, kita akhirnya saling terbuka, merasa berat, berusaha ikhlas, kita akhirnya berhenti menjadi saling kenal. Kita memutuskan menjadi orang asing kembali, seperti pertama kali.

Hanya saja tak mudah, hari-hari ini semakin sepi.

Dulunya terbiasa sendiri, lalu mengapa akhirnya rapuh LAGI.