Sabtu, 18 Januari 2020

penyejuk meredup

Menatapmu di gambar datar benar-benar menyejukkan, tapi melihatmu memilih yang lain menyesakkan, hari ini ku tatap matamu, ku lihat orang yang berbeda, entah kenapa rasa itu masih sama, sedang kamu telah berubah. Hari ini ku putuskan untuk berhenti pada rasa yang seorang diri ku tekuni, ku pikir kita saling berbalas atas semua yang terjadi kemarin. Nyatanya kita semakin hari semakin persis. Semakin waktu semakin bergulir, kita sama-sama telah menjauh, kamu telah pergi, dan aku yang tak kembali. Menunggu bukan lagi inginku, usaha pun mulai kelelahan, kamu tahu seorang diri adalah hal yang paling menyakitkan bagi seorang penunggu, entah waktu yang begitu sulit atau keadaan yang begitu tak sependapat. Semua secara serentak menyerbu, melakukan perlawanan akan anginku bersama angan, membuat sedih makin nyaring, dan membuat rindu makin bisu. Hidup tak pernah berjalan sesuai perasaan, keadaan bahkan semakin tak berperasaan, semuanya berjalan begitu lambat, tak sesingkat aku jatuh hati padanya, detik dan menit saling berkejaran, aku tak butuh waktu lama untuk mulai memikirkanmu di malam itu, dan malam-malam berikutnya, sebab kamu selalu ada hari itu. Bukan karna kamu tepat disisiku. Bukan karna kamu yang siap siaga, bukan karna kamu yang setia setiap saat. Ku pikir jarak benar-benar ruang yang terjal bagi si pemilik hubungan jarak jauh, itu salah, jarak pun punya wewenang akan hubungan jarak dekat, hubungan yang hanya dengan bermodal bensin, kita bisa meluapkan rindu yang berkali-kali mendobrak ingin terbebas. Aku benar-benar salah sangka akan itu. 

Esoknya ku lihat hubungan mereka, terasa indah untuk di pandang, tapi tidak untuk di jalani. manusia memang ahlinya menilai bahkan dengan kasat mata. 

Lantas mengapa setia itu terbenam sehabis rindu terbit begitu curam. Hari ini aku berhenti menanti sesuatu yang mungkin memang bukan untukku dia tercipta. Ku pikir waktu untuk menanti itu bukanlah yang sia-sia, sebab perjalanan semenyakitkan apapun akan segera sampai pada temu dan tuju. Kamu tetaplah penyejuk dahaga di kala rindu tak bertuan.
Dari aku yang porak-poranda setelah kau pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar